Kawasan Cubadak (Photo Sleed)
pada mulanya adalah bekas kawah dengan luas sekitar 40 km persegi.
Pulau ini tidak berpenduduk, kecuali hanya segelintir rumah nelayan
sebagai tempat persinggahan saat kemalaman melaut, dan dipenuhi hutan
lebat. Sejumlah satwa burung dan binatang liar seperti monyet, rusa,
babi hidup di sini. Cubadak merupakan salah satu dari puluhan pulau
kecil di lepas pantai Sumatra Barat. Sebenarnya ada banyak pulau kecil yang berpotensi besar di kawasan ini. Diantaranya Mentawai, Sipagang, Sikuai, Pasumpahan, Sirandah, Penyu, dan lain-lain. Sayangnya baru Cubadak dan Mentawai yang sudah digarap dan dipromosikan dengan baik.
Pulau
Cubadak yang namanya telah mendunia dan menjadi ikon Kabupaten Pesisir
Selatan ini memiliki luas wilayah 5.749 km persegi dan berada 0-1.000
meter di atas permukaan laut. Dengan posisi memanjang dari utara ke
selatan di bagian barat Sumatra Barat, Pesisir yang memiliki 218 km
panjang pantai memang memiliki potensi di bidang pariwisata.
Kawasan
Cubadak pada mulanya adalah bekas kawah dengan luas sekitar 40 km
persegi. Pulau ini tidak berpenduduk, kecuali hanya segelintir rumah
nelayan sebagai tempat persinggahan saat kemalaman melaut, dan dipenuhi
hutan lebat. Sejumlah satwa burung dan binatang liar seperti monyet,
rusa, babi hidup di sini.
Panjang
pantainya lebih 1,5 km dan lahan yang dikuasai pengelola Cubadak adalah
sekitar tujuh hektar. Jika Mentawai adalah surga para peselancar, maka
Cubadak adalah surga para penyelam karena dasar laut yang mengelilingi
pulau ini ditumbuhi terumbu-terumbu karang yang indah dan ikan hias
warna-warni.
Di
antara wisatawan Eropa lainnya, orang Jerman termasuk yang cukup
antusias berkunjung ke pulau yang dijuluki Paradiso Village ini. Semua
itu tak lepas dari promosi gencar dari sejumlah media di Jerman tujuh
tahun yang lalu. Saat itu, satu tim TV Bavarian datang ke Cubadak untuk
menggarap sebuah film dokumenter. Mereka melakukan pengambilan gambar
dari berbagai sudut untuk menggambarkan keindahan Cubadak.
Setelah
diputar di Jerman, film berdurasi 30 menit itu mendapat sambutan yang
luas dan mampu menjadi magnit bagi orang Jerman untuk datang ke
Cubadak. Ratusan telepon pun masuk ke stasiun TV tersebut. Mereka
umumnya menanyakan bagaimana perjalanan ke Sumatra Barat, Indonesia. Sebab selama ini mereka hanya mengenal Bali atau Lombok.
Selain
itu, sejumlah media cetak saat itu juga menulis artikel panjang soal
pulau “surga” ini. Majalah wanita Bild de Rau misalnya, memuat tulisan
berjudul “Pulau Tersenyap di Dunia” dan koran Munchener Abendpost
menulis “Bagaimana Mencapai Pulau Cubadak”.
Menurut Tom Plummer, pengelola kapal pesiar berkebangsaan Australia
yang sudah lama berdomisili di Padang, banyak sekali wisatawan asing
yang awalnya tidak menyangka keistimewaan Pulau Cubadak. Bahkan tak
jarang para wisatawan yang datang ke Sumatra Barat pada awalnya
mengeluhkan perjalanan dari Bandara Tabing ke Carocok yang lumayan
melelahkan karena jalannya berbelok-belok dan banyak tikungan. “Tapi
begitu sampai di Pulau Cubadak, mereka akan kaget betapa indahnya pulau
ini dan sama sekali tidak menyesal pernah ke sana,” ujar Tom.
Tom
yang kini juga mengelola sebuah toko olahraga di Jalan Hiligoo Padang
bahkan berani mengatakan bahwa orang yang datang ke Cubadak pasti akan
terkesan. Paduan olahraga air sambil menikmati kesenyapan pulau ini
bakal menimbulkan kerinduan yang akan membuat pengunjung ingin kembali
lagi ke sini. Nah untuk membuktikannya rasanya Anda mesti berkunjung ke
sana sendiri.
sips
BalasHapusmantap gan info nya
BalasHapusyang sangat bermanfaat
saya senang berkunjung ke blog anda